Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam berwasiat kepada Abu Dzar yaitu agar mencintai orang orang miskin dan berusaha dekat dengan mereka.Namun perlu kita ingat, sebagai umat Islam hendaknya kita menyadari bahwa nasehat Beliau itu pada hakekatnya juga ditujukan untuk kita semua.
Orang miskin yang dimaksud adalah mereka yang hidupnya tidak berkecukupan tidak mempunya kepandaian untuk mencukupi kebutuhanya, dan tidak mau untuk meminta minta kepada manusia sebagai mana sabda Beliau Shallallahu alaihi wa salam, ''Orang miskin itu bukanlah mereka yang meminta-minta kepada orang lain agar diberikan dua suap makanan dan satu atau dua butir kurma, para Sahabat bertanya, ''Ya Rasulullah, siapa yang dimaksud orang miskin itu?'' Beliau menjawab, '' Mereka adalah orang yang hidupnya tidak berkecukupan , dan dia tidak mempunyai kepandaian untuk itu, lalu dia diberi shadakah atau zakat, dan mereka tidak meminta minta sesuatupun kepada orang lain,
Ajaran Islam menganjurkan umatnya untuk menyayangi mereka mengasihi , dekat dengan mereka, bersikap rendah hati di hadapan mereka yang miskin , duduk bersama mereka, menolong mereka, dan sabar bersana mereka,
Biasanya di negri ini, ketika mejelang pemilu, fenomena menyantuni yang miskin dan menolong mereka yang lemah selalu dilakukan oleh para elit partai, untuk meraup suara, dan setelah mereka terpilih, nasib orang miskin tetap miskin, jeritan kelaparan mereka seolah bak angin yang lalu, Apa yang mereka lakukan itu bukan ikhlas untuk mengharap keridhaan Allah Ta' ala , dan tidak akan berbuah pahala. Sahabat belajar Blog yang dirahmati Allah,
Sesungguhnya bukan itu yang di inginkan dalam sabda Baginda Nabi, karena menolong , menyantuni mereka yang miskin, harus dilakukan hanya karena mengharap ridha Allah Ta'ala dan bukan untuk yang lainya , karena suatu amal yang ditujukan bukan untuk mengharap wajah Allah, amalan itu laksana debu yang dihempas angin , dia tidak akan berbuah pahala dan akan sirna bak fata morgana, ''Duhai kasihan orang yang seperti ini,
Sebagai penutup renungkanlah hadis ini:
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ : بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ، وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ، وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٍ، وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا.
Dari Abu Dzar Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdkawah kepada Allah, dan (7)
Beliau melarang aku meminta minta sesuatu pun kepada manusia. ( hr. Imam Ahmad dalam musnadnya, ( V/159 ).
Orang miskin yang dimaksud adalah mereka yang hidupnya tidak berkecukupan tidak mempunya kepandaian untuk mencukupi kebutuhanya, dan tidak mau untuk meminta minta kepada manusia sebagai mana sabda Beliau Shallallahu alaihi wa salam, ''Orang miskin itu bukanlah mereka yang meminta-minta kepada orang lain agar diberikan dua suap makanan dan satu atau dua butir kurma, para Sahabat bertanya, ''Ya Rasulullah, siapa yang dimaksud orang miskin itu?'' Beliau menjawab, '' Mereka adalah orang yang hidupnya tidak berkecukupan , dan dia tidak mempunyai kepandaian untuk itu, lalu dia diberi shadakah atau zakat, dan mereka tidak meminta minta sesuatupun kepada orang lain,
Ajaran Islam menganjurkan umatnya untuk menyayangi mereka mengasihi , dekat dengan mereka, bersikap rendah hati di hadapan mereka yang miskin , duduk bersama mereka, menolong mereka, dan sabar bersana mereka,
Biasanya di negri ini, ketika mejelang pemilu, fenomena menyantuni yang miskin dan menolong mereka yang lemah selalu dilakukan oleh para elit partai, untuk meraup suara, dan setelah mereka terpilih, nasib orang miskin tetap miskin, jeritan kelaparan mereka seolah bak angin yang lalu, Apa yang mereka lakukan itu bukan ikhlas untuk mengharap keridhaan Allah Ta' ala , dan tidak akan berbuah pahala. Sahabat belajar Blog yang dirahmati Allah,
Sesungguhnya bukan itu yang di inginkan dalam sabda Baginda Nabi, karena menolong , menyantuni mereka yang miskin, harus dilakukan hanya karena mengharap ridha Allah Ta'ala dan bukan untuk yang lainya , karena suatu amal yang ditujukan bukan untuk mengharap wajah Allah, amalan itu laksana debu yang dihempas angin , dia tidak akan berbuah pahala dan akan sirna bak fata morgana, ''Duhai kasihan orang yang seperti ini,
Sebagai penutup renungkanlah hadis ini:
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ : بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ، وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ، وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٍ، وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا.
Dari Abu Dzar Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdkawah kepada Allah, dan (7)
Beliau melarang aku meminta minta sesuatu pun kepada manusia. ( hr. Imam Ahmad dalam musnadnya, ( V/159 ).
BACA JUGA :